Senin, 28 Maret 2011

Puisi Amir Hamzah Bukan Sastra Sufi


TEMPO Interaktif, Jakarta - Meskipun selama ini puisi-puisi sastrawan Pujangga Baru, Amir Hamzah, sering dimasukkan sebagai karya sufistik, pengamat sastra Arief Bagus Prasetyo cenderung menolaknya.
"Amir Hamzah bahkan dimasukkan dalam antologi sastra sufi yang disusun oleh Abdul Hadi W.M.. Tapi, menurut saya, Amir Hamzah menjadi satu-satunya pengarang yang bukan sufi dalam antologi itu," kata Arif dalam diskusi "Mendaras Amir Hamzah" di Freedom Institute, Jakarta, Kamis (24/6) malam. Acara yang dipandu Nirwan Dewanto itu juga menghadirkan Sapardi Djoko Damono sebagai pembicara.Buku Sastra Sufi: Sebuah Atologi karya Abdul Hadi itu memuat karya-karya penyair mistikus dan filsuf Islam terkemuka, seperti Jalaludin Rumi, Al-Hallaj, Rabiah Al-Adawiyah, Hamzah Fansuri, Yasadipura I, Yasadipura II dan Raja Ali Haji. 

Arif juga mengutip pandangan Goenawan Mohamad yang menekankan keresahan Amir Hamzah dalam hubungannya dengan Tuhan sebagai masalah pokok dalam karya Amir. A Teeuw, kata Arif, juga mengakui hubungan Amir dengan kesastraan sufi. Namun, Arif menunjukkan bahwa ada kontras yang nyata antara puisi sufistik dan puisi Amir. Dia mengutip "Syair Perahu" karya Hamzah Fansuri yang menyatakan "Hamba dan Tuhan tiada berbeda sebagai ekspresi persatuan penuh antara Tuhan dan manusia. Tapi, puisi "Turun Kembali" karya Amir justru mempertanyakan persatuan mistis itu ("Adakah begini jadinya/aku hamba engkau penghulu") dan kemudian disangkal ("Aku dan engkau berlainan").

Menurut Arif, kumpulan puisi Nyanyi Sunyi karya Amir mengantisipasi lahirnya puisi-puisi yang disebut Afrizal Malna berspirit "teologi-tanpa-bersama-dewa" dalam khazanah sastra Indonesia. Sejak Amir, terbentang jalan panjang kesunyian teologis, suatu kontinum religiusitas penuh luka, yang dilalui banyak penyair, seperti Chairil Anwar, Surtardji Calzoum Bachri, dan Acep Zamzam Noor. 

Adapun Sapardi menampilkan puisi Amir Hamzah sebagai puisi gelap. "Bukan karena puisi Amir sukar dipahami karena belum menguasai sepenuhnya bahasa Indonesia, tapi justru oleh penguasaan tingkat tinggi," kata penyair yang puisinya paling sering dikutip di kartu undangan perkawinan itu.

Sapardi mencontohkan puisi "Hanya Satu" karya Amir yang dimuat dalam antologi sajak "Puisi Baru" yang disusun Sutan Takdir Alisjahbana. Takdir merasa perlu memberi 10 catatan kaki untuk puisi itu, terutama untuk arti kata yang dianggap sulit oleh pembaca karena arkhaik.

Kurniawan

odz

PMII Belum Tutup Pintu Kembali ke NU

TEMPO InteraktifJakarta - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia tak  menutup pintu untuk kembali ke pelukan induknya, Nahdlatul Ulama. Ketua Umum PB PMII, Adien Jauharuddin, membantah bahwa PMII menolak  kembali ke NU seperti yang diakatakan  Ketua PB NU, Said Aqil Siradj. "Hanya saja, proses ini memang membutuhkan dialog dan komunikasi yang intensif," ujarnya saat dihubungi Tempo, Senin , 28 Maret 2011.

Sebelumnya, NU mengatakan siap  membentuk organisasi mahasiswa baru sebagai underbouw ormas Islam terbesar di Indonesia ini. NU mengatakan bahwa ormas baru ini diperlukan untuk melakukan kaderisasi dan penyebaran nilai-nilai Ahlusunah Waljamaah di kalangan mahasiswa. Keputusan ini dibentuk setelah PMII, yang menyatakan putus hubungan dengan NU sejak 1972, dikabarkan menolak ajakan untuk kembali ke dalam ormas ini. NU juga menilai PMII telah bergerak dengan liar setelah lepas dari pangkuan mereka.

Namun, hal ini dibantah  Adien. Menurut Adien, bagaimana pun PMII tak mungkin melepaskan NU. Alasannya, "Karena kami lahir dari rahim NU." Selain itu, lanjutnya, secara prinsipil, NU dan PMII, juga memiliki kesamaan nilai. Demikian juga dengan kepentingan NU dan PMII. "Kepentingan PMII dan NU juga sama untuk melakukan kaderisasi dan pengembangan nilai-nilai Ahlusunnah Waljamaah di kalangan mahasiswa," jelasnya.

Namun, Adien mengatakan bahwa dirinya juga memerlukan konsolidasi internal di kalangan PMII untuk menentukan sikap. "Kami kemarin baru selesai kongres, nanti mungkin akan dibahas dalam kongres," jelasnya. Mengenai kapan kongres itu akan dilakukan, Adien mengatakan belum mengetahui pastinya. "Yang pasti setelah Harlah PMII 17 April besok," ujarnya.

Soal kejadian saat kongres di Banjarmasin kemarin. Adien mengatakan bahwa hal itu masih dalam batas yang normal. "Setiap kongres kan ada dinamikanya masing-masing. Yang penting adalah kejadian itu masih dalam koridor Ahlusunnah Waljamaah," jawabnya. 
FEBRIYAN - Odz

Selasa, 22 Maret 2011

Perdebatan Ilmuwan Atheis dengan Imam Abu Hanifah

Pada Zaman Imam Abu Hanifah hiduplah seorang ilmuwan besar, atheis dari kalangan bangsa Romawi. Pada suatu hari, Ilmuwan Atheis tersebut berniat untuk mengadu kemampuan berfikir dan keluasan ilmu dengan ulama-ulama Islam. Dia hendak menjatuhkan ulama Islam dengan beradu argumentasi  

Setelah melihat sudah banyak manusia yang berkumpul di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas mimbar. Dia menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya. Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah dan ketika sudah berada dekat di depan mimbar, dia berkata :
Inilah saya, hendak bertukar fikiran dengan tuan“.
Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri karena usianya yang masih muda. Abu Hanifah berkata, “Sekarang apa yang akan kita perdebatkan!“.

Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, dia lalu memulai pertanyaannya :

Atheis : Pada tahun berapakah Tuhan-mu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman “Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan”.
Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah adalah yang pertama dan tidak ada sesuatu sebelum-       Nya?, pada tahun berapa Dia ada?
Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu.
Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?
Atheis : Ya.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis : Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?

Atheis : Dimanakah Tuhan-mu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.
Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, Apakah di dalam susu itu keju?
Atheis : Ya, sudah tentu.
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya keju itu sekarang?
Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu di seluruh bagian.
Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta’ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!
Atheis :Tunjukkan kepada kami dzat Tuhan-mu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis :Ya, pernah.
Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia bisa berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?
Atheis : Ya, masih ada.
Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas?
Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui bagaimana dzat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk mengutarakan dzat Allah Ta’ala?!!
Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala sesuatu pasti mempunyai arah?
Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?
Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta’ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi.
Atheis : Kalau ada orang masuk ke surga itu ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di surga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.
Atheis : Bagaimana kita boleh makan dan minum di surga tanpa buang air kecil dan besar?
Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis : Bagaimana kebaikan surga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.
“Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?”tanya Atheis.
“Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan”, pinta Abu Hanifah.
Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas.

“Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?”.
Ilmuwan kafir mengangguk.
“Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan. Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu”.

Para hadirin puas dengan jawapan yang diberikan oleh Abu Hanifah dan begitu pula dengan ilmuwan besar atheis tersebut dia mengakui kecerdikan dan keluasan ilmu yang dimiliki Abu Hanifah.
Sumber :  abuthalhah.wordpress.com
(odz)

Belajar Menjadi Manusia

Oleh : Ismanadi. D*
Pas baca-baca tulisan tentang Muhasabah An Nafsi (evaluasi diri) jadi teringat satu ucapan dari seseorang yang alim, yang notabene beliau adalah Ustadz saya sewaktu masih aktif nyantri kalong*. Dalam sebuah pengajian di surau kecil Beliau pernah bilang " dadio wong neng ojok koyo wong "  bahwasanya kami dianjurkan menjadi manusia yang tidak seperti manusia. Beliau berkata lagi " Yen bengi akeh wong kang podho turu ngelenggeri, siro menek'o langit. Maksudnya; jika malam hari seringkali kebanyakan manusia-manusia lelap dalam tidurnya, dan seyogyanya kita dianjurkan mampu bangun dan bermunajat (menek langit) kepada Rob Al 'Aalamiin.
Dan sayangnya hingga detik ini, kalimat sederhana penuh makna tersebut masih jauh dari status istiqomah bahkan belum ada laporan message sent succses yang mengindikasikan belum adanya gerakan untuk menek langit secara aktif. Dan anehnya lagi sebenarnya hampir setiap malam mampu terjaga hingga stadium larut yang amat akut, sayangnya munajat yang ada justru hanya menghadap monitor dengan kalimat dzikir Mp3 lirik-lirik duniawi terkini. Riskan memang! tapi memang begitulah adanya, hampir setiap kali  update status diramu secara apik dan bagus, tapi update kepadaNya belum mampu bisa serius, tidak jarang sedikit hangus, nggak begitu becus. 

Belajar! nggak ada kata terlambat untuknya, menjadi manusia bukan berarti kita belum termasuk manusia. justru kita sering menjadi sosok yang lain, rakus seperti tikus, liar seperti ular, pandai berkelit bak belut. Monggo kita sekalian berlomba-lomba belajar menjadi manusia, senantiasa bermunajat kepadaNya dan selalu menghisab diri kita dengan senantiasa, sebelum dihisab Sang Penguasa Jadad Raya. 
*( wakil sekretaris II PC IPNU Periode 2010-2012

Minggu, 20 Maret 2011

Starting Point : Pelantikan Dan Rapat Kerja 1 PC IPNU-IPPNU Kab. Malang

Berselang 150 hari dari Konfercab (Konferensi Cabang) IPNU ke-XIII dan IPPNU ke-XII Kabupaten Malang yang digelar di Pujon 10-11 Juli 2010, persiapan dan pematangan jajaran penguruspun akhirnya dapat dilantik dan juga melakukan rapat kerja yang pertama tepat pada 21 November 2010. Gelaran pelantikan yang diselenggarakan di Tumpang, tepatnya di SMA Diponegoro (Smadita) Jl. Tunggul Ametung No. 18 Tumpang, berlangsung dengan khidmat dan sukses. Tampak hadir beberapa petinggi PCNU Kab. Malang, MWC Tumpang, dan juga beberapa tamu undangan umum dan khusus. 

Tak ketinggalan pula para alumni IPNU-IPPNU yang turut serta memberikan dorongan dan semangat kepada seluruh rekan dan rekanita yang sangat kompak mempersiapkan jalannya kegiatan dengan sehari sebelumnya telah berada dilokasi. Tim paduan suara komisariat SMADITA-pun turut menyemarakkan dengan melantangkan Lagu Indonesia Raya serta mars IPNU-IPPNU sebagai pembuka ceremonial dipagi yang cerah itu.

Depan Paling Kiri : M. Faizul Fuad - Ketua PC IPNU Kab. Malang 2010-2012
Depan Paling Kiri ; Aidha Faradhila R. - Ketua PC IPPNU Kab. Malang 2010-2012
Dalam kesempatan itu pula, diadakan seminar kepelajaran dengan tema; Pelajar, diantara pluralitas Ideologi. yang dipaparkan oleh tiga orang panelis sekaligus, hingga tak terasa keterbatasan waktulah yang harus menyudahi serunya sesi tanya jawab yang memang saat itu audiens didominasi pelajar tingkat menengah atas. (Odz)